Mengenai Saya

Foto saya
BATAM, KEPULAUAN RIAU
Lahir : 13 Januari 1960 di Medan Istri : dr. DIAH DEFAWATI ANDE Anak : 1. Moh Alandra Hidayatullah 2. Almira Amanda Pendidikan : TK Persit Siliwangi SD Warung Panjang Jkt SMP Neg V Jakarta SMA Neg I Jakarta (79), FKUI lulus 1985. Ayahku Brigjen TNI (Pur) G Siregar (alm) dan ibuku Sontina Dame Sihombing (alm).Tahun 1984, sebuah tragedi yang tidak pernah terlupakan, rumahku di kompleks siliwangi jakarta digusur/bongkar paksa oleh rezim.Aku pernah bertugas di pedalaman kalimantan tengah selama 3 tahun.

Minggu, 29 Maret 2009

JANGAN SALAH PILIH


Lima menit di bilik suara, menentukan 5 tahun nasib bangsa

Tanggal 9 April 2009 hanya dalam hitungan hari, hasil survey beberapa lembaga survey mencantumkan angka swinging voters masih berkisar 50% yang berpotensi menjadi golput.

Hal ini disebabkan karena para pemilih sampai saat ini masih ragu atas hasil pemilu legislatif, apakah dapat menciptakan perubahan nasib rakyat kearah yang lebih baik, keraguan ini ditambah dengan kerja KPU yang kurang profesional, dimana Daftar Pemilih Tetap (DPT) masih sangat banyak kesalahan. Dari mulai nama ganda, anak kecil dimasukkan sebagai pemilih, orang asing, orang yang sudah meninggal dsb, menambah keraguan pemilih.

Namun, perlu kita sepakati sebagai anak bangsa bahwa pemilu yang akan datang ini merupakan penentuan untuk 5 tahun kedepan nasib bangsa. Mari renungkan, lihat tanda-tanda alam yang merupakan tanda kebesaran sang Khalik, sudah saatnya kita tujukan hati dan pandangan kita kepada Tuhan YMK, sudah saatnya kita bersikap terbuka atas kebenaranNya.

Marilah kita gunakan hak pilih kita dengan menggunakan HATI NURANI, selamatkan bangsa ini dengan menentukan pilihan kita pada partai dan caleg yang berHATI NURANI, insyaAllah dia akan amanah. Awas jangan salah pilih, bangsa ini menantikan partisipasi kita, mintalah petunjuk pada Tuhan YMK, sebelum anda menetukan pilihan, selamat berjuang, suaramu menentukan arah bangsa ini.

Sabtu, 14 Maret 2009

SAY NO FOR MONEY POLITICS

Politik uang, masih sangat kental di pemilu 2009 ini, pelaku money politics (politisi busuk) masih ber-harap suara rakyat dapat dibeli. Namun yang lebih parah adalah makelar politik, mengatasnamakan konstituen melakukan tawar menawar dengan dalih rakyat mau bukti komitmen caleg/politisi.
Sungguh ini adalah realita yang terjadi di alam demokrasi Indonesia, walaupun undang undang, peraturan KPU sudah jelas menyatakan haram untuk money politics, namun banyak cara untuk melanggar aturan tersebut.
Ditengah krisis ekonomi, rakyat miskin di Indonesia bertambah, karena desakan ekonomi tentu rakyat akan mudah diperangkap dengan money politics.
Yang menggelikan terjadi pada awal kampanye, seorang pengurus paguyuban suku mengumpulkan sejumlah nama dari batu nisan di pemakaman umum, lalu dia mencari dan mengumpulkan KTP orang orang yang sudah almarhum dan memberikannya kepada seorang caleg, dia memperoleh ratusan data orang yang telah meninggal yang dihargai perorang seratus ribu rupiah. Karena malu sang caleg tidak melaporkan orang tersebut ke polisi.
Namun sesungguhnya para pelaku money politics adalah pengkhianat demokrasi. Saatnya HATI NURANI bicara, sudah saatnya para politisi melakukan upaya pembelajaran kepada konstituen, agar memilih sesuai HATI NURANI.

PEMILU 2009 : POLITIK UANG vs BIAYA POLITIK

Harga sebuah kursi di DPR RI seharga dua milyar rupiah, demikian sebuah judul tulisan di sebuah media cetak nasional, betapa tidak mulai dari seleksi bacaleg, penetapan nomor urut (sebelum keputusan MK) yang berlaku internal partai, panjangnya masa kampanye yang sudah tentu akan membutuhkan biaya yang besar.
Lalu apakah biaya yang dikeluarkan caleg dalam pemilu legislatif 2009 dikategorikan sebagai biaya politik atau sudah masuk kedalam area politik uang. Politik uang (money politics) diartikan bilamana konstituen memilih kandidat legislator/eksekutif didasari atas pemberian dana (baik bahan kebutuhan ataupun natura/uang tunai), lalu biaya politik adalah dana yang dikeluarkan oleh kandidat atau bersama kelompoknya untuk kegiatan politik seperti kampanye, dana operasional partai, pengadaan atribut dsb.

Keduanya jelas adalah pengeluaran dana yang sifatnya tidak dapat dikembalikan (uang hangus)

Tim sukses vs Relawan
Dalam masa kampanye kita mengenal tim sukses dan relawan, keduanya sama sama bekerja untuk pemenangan kandidat (caleg). Namun ada perbedaan yang cukup nyata , tim sukses adalah tim yang selalu sukses walaupun caleg yang diperjuangkannya tidak sukses, karena biasanya tim sukses bekerja dengan biaya operasional mulai dari biaya transport, makan, biaya lobi lobi dan banyak biaya lainnya. Bila dana operasional kurang maka berkuranglah geliat tim sukses ini. Tim sukses lebih bersifat independen dan komersial, tim ini juga banyak yang menawarkan sekaligus paket survey (kadang kadang metodologi riset/survey tidak jelas dan tidak mengikuti kaidah ilmiah sebuah penelitian). Tim sukses tidaklah memiliki ikatan emosional, ikatan moral dengan kandidat.
Berbeda dengan relawan, seorang atau sekelompok relawan adalah orang orang yang yakin akan kemampuan dan dedikasi kandidat yang didukungnya, mereka yakin bahwa kandidatnya akan mampu memperjuangkan aspirasi mereka, mereka yakin bila kandidatnya menang akan membawa perubahan yang baik bagi kehidupan mereka. Tidaklah heran kadang seorang relawan mau mengeluarkan dana dari kantongnya untuk mengkampanyekan kandidatnya. Ikatan antara relawan dengan kandidat sifatnya ikatan batin, ikatan moral yang kuat, motivasi relawan adalah keyakinan akan kandidatnya. Saatnya HATI NURANI bicara, adalah spirit yang dirasakan oleh relawan, karena yang dia lakukan adalah dorongan suara HATI NURANInya.
Sedangkan tim sukses , selalu sukses walau kandidatnya tidak sukses, namun sesungguhnya mereka belum mengenal dan memahami susra HATI NURANI mereka.
Semoga PEMILU 2009 ini yang menang adalah HATI NURANI RAKYAT, sehingga bangsa Indonesia dapat bangkit dari krisis multi dimensi, semoga.., Tuhan menyertai bangsa Indonesia.

Kamis, 05 Maret 2009

ANAK MISKIN INDONESIA MENUNTUT PERUBAHAN

Sudahkah kita mendengarkan keinginan anak-anak miskin di Indonesia, mereka butuh pendidikan, kesehatan, makanan, tempat bermain layaknya anak-anak lain yang status ekonomi keluarganya lebih baik.
Ditangan anak anak masa depan bangsa , bila keadaan saat ini tidak berubah, maka bangsa ini akan kehilangan generasi.
Gambar ini memperlihatkan kepada kita, bahwa tidak ada keberpihakan pemerintah terhadap nasib rakyat marginal, lalu pertanyaannya kepada siapa pemerintah saat ini berpihak......?



HENTIKAN PEMERASAN BURUH DI INDONESIA















Nasib buruh dari zaman penjajahan kolinial belanda sampai saat ini tidaklah banyak berbeda, mereka selalu termarginalkan. Bahkan negara tumpah darah mereka tidak dapat memberi mereka harapan, sehingga mereka banyak mencari kerja ke negara lain.
Buruh dan pekerja baik formal ataupun nonformal adalah anak bangsa yang ingin menikmati sebuah kemerdekaan dari negara yang berdaulat, namun mereka hampir tidak diperhatikan, padahal jumlah buruh dan pekerja merupakan bagian terbesar dari rakyat Indonesia.
Saatnya HATI NURANI bicara, buruh dan pekerja sudah saatnya diangkat martabatnya, agar martabat bangsa Indonesia juga terangkat. Jadikan buruh dan pekerja sebagai aset bangsa, yang harus dibela, diperhatikan kesejahteraannya. Sitem kontrak, outsourching dan sistem penindasan yang lain harus dihapuskan karena melanggar hak azasi manusia.

Senin, 02 Maret 2009

Kenangan yang terlupakan


KOMPLEKS SILIWANGI
DALAM INGATAN

Dua puluh lima tahun telah berlalu, namun kenangan itu tetap lekat dalam ingatan, karena masa itu kami generasi muda melihat sebuah contoh betapa tragisnya pelakuan sebuah rezim terhadap para pejuangnya di negara yang besar ini.
Kompleks perumahan Siliwangi dengan luas 9,6 hektar yang berada ditengah kota, ditempati sejak awal kemerdekaan RI oleh para pejuang 1945 bersama keluarganya. Rumah kami di jalan siliwangi raya nomor 23, telah kami tempati sejak tahun 1962, saya tinggal di rumah itu sampai saya kuliah di FKUI tingkat terakhir.

Kenangan yang tidak dapat dilupakan, kehidupan di kompleks tentara ini bagaikan hidup dalam sebuah keluarga besar, antara tetangga kami merasa sebagai saudara, rasa brotherhood ini didasari rasa senasib . Kumpulan pemuda pemudi siliwangi dikenal dengan " 234 SC ", yang kala itu sangat dikenal didalam pergaulan anak muda Jakarta. Para penghuni kompleks ini adalah tokoh tokoh yang menjadi pimpinan dalam perjuangan revolusi kemerdekaan. Karena lokasi yang strategis, komplek kami sangat diminati oleh para investor, peluang ini dianggap rejeki nomplok oleh rezim. Mereka menggunakan kekuasaan untuk secara sepihak menguasainya. Para penghuni saat itu sebagian besar adalah purnawirawan dan janda (warakawuri), yang semasa aktif telah banyak mengabdikan diri bagi tanah air ini. Para purnawirawan yang tinggal di kompleks Siliwangi adalah para pejuang yang tetap komitmen terhadap nilai dan semangat juang, mereka semua semasa menjabat adalah para perwira yang bebas dari korupsi, sehingga mereka tidak sanggup membeli rumah.
Masih teringat perkataan almarhum Jenderal M Yusuf yang ketika itu Pangab, yang mengatakan bahwa perumahan itu adalah monumen hidup akan perjuangan angkatan 45. Namun setelah beliau tidak lagi menjabat, penggusuran dilakukan dengan mengerahkan
kekuatan penuh pasukan TNI kodam jaya. Cara cara yang dilakukan , mula mula pemutusan aliran listrik, kemudian telepon lalu air PAM. Terakhir dikerahkan alat berat zipur dan pasukan untuk mengusir para purnawirawan , warakawuri dan keluarganya. Para purnawirawan saat itu sempat membuat tenda darurat, sebagian mengungsi ke rumah keluarga, karena mereka tidak memiliki rumah. Upaya hukum telah dilakukan oleh warga, namun kandas di Mahkamah Agung karena saat itu Ketua MA adalah mantan pengacara Hankam (Sarwata SH) yang mewakili tergugat (hankam) saat warga siliwangi menggugat hankam, departemen keuangan, dan dirjen agraria.Upaya hukum ini dimulai sebelum penggusuran paksa dilakukan, mulai dari gugatan pengadilan negeri, pengadilan tata usaha negara, yang semuanya memenangkan gugutan warga. Warga siliwangi sebenarnya telah mengurus sertifikat ke dirjen agraria (sebelum ada BPN), sampai tahap pematokan telah selesai, namun saat penerbitan sertifikat, proses terhenti karena tekanan penguasa. Pada saat Sarwata menjadi dirjen agraria, proses sertifikat warga "dihapuskan" , dikeluarkan sertifikat lain atas nama instansi. Proses hukum dijalani oleh warga selama 14 tahun, dan saat ini sebagian besar para purnawirawan telah meninggal dunia, mereka sampai akhir hayatnya belum mendapatkan keadilan atas hak mereka, memang sungguh tragis.
Bila saya datang berziarah ke TMP Kalibata, menziarahi ayahanda, bayangan kembali terlintas, semoga pada masa yang akan datang tidak akan ada lagi pelecehan pejuang dinegara ini.

Semoga pemimpin mendatang menggunakan HATI NURANI agar mereka yang terlupakan diingat, mereka yang selama ini dikecewakan diberi harapan dengan didasari kebenaran dan mereka yang telah berjasa diberikan perhatian yang wajar.
Bangsa yang besar adalah yang mengingat jasa pahlawannya.
Semoga para pahlawan mendapat ketenangan di alam baka,diampani segala dosanya dan mendapatkan tempat yang terindah disisi Tuhan YME, amin.

Tulisan ini saya buat dengan tujuan, menggugah para pimpinan TNI dan POLRI, hargailah para pendahulumu, perlakukanlah mereka sebagai layaknya orangtua kandung , yang hanya menginginkan ketenangan dan rasa dihargai karena jiwa dan raga mereka telah mereka serahkan bagi tanah air, mereka adalah pagar negara ini. Berilah mereka penghargaan yang wajar semasa mereka hidup.